Selasa, 29 Maret 2011

Perekonomian Indonesia

AKU BANGGA INDONESIA
Tota Fitroh Nurjanah
26210937
1EB21

BAB I

I.1 Latar Belakang
Sebagai warga Negara Indonesia saya merasa bangga terhadap perekonomian indonesia yang mulai membaik saat ini. Meski masih banyak hal-hal yang perlu diperbaiki, namun saya tetap bangga terhadap bangsa Indonesia. Meskipun memiliki macam-macam budaya dan adat istiadat namun Bangsa Indonesia tetap memiliki tenggang rasa yang tinggi seperti semboyan kita yaitu Bhineka Tunggal Ika. Macam Agama namun tetap dapat menghormati satu sama lain dan sopan santun dalam bermasyarakat. Berikut adalah makalah yang saya buat semoga dapat bermanfaat untuk para pembacanya.

I.2 Perumusan Masalah
Pemerataan ekonomi sangat penting untuk segera dilaksanakan. Bukan hanya ibu kota Jakarta yang menjadi pusat perekonomian namun dapat juga dibagi-bagi misalnya di Kalimantan ataupun Irian Jaya. Ini juga dapat mengurangi kemacetan yang selama ini terjadi di Jakarta. Pemerintah seharusnya dapat membuka lapangan pekerjaan di daerah-daerah yang masih jarang penduduk agar perekonomian Indonesia dapat lebih merata.
Penduduk Indonesia mayoritas bekerja sebagai petani/nelayan (rakyat jelata). Potensi sumber daya alam juga dari pertanian, perkebunan, nelayan. Lapangan kerja seperti inilah yang harus dipertahankan dan dikembangkan. Dengan ini pemerataandi Indonesia dapat segera terwujud.
Kita juga harus dapat menjaga kestabilan ekonomi. Rupiah dan Dolar saat ini perbedaannya jauh sekali. Redenominasi yang sedang mulai diperbincangkan saat ini mungkin adalah jalan terbaik untuk menyetarakan nilai Rupiah dengan Dolar. Memang perlu waktu yang lama dan juga perlu pengarahan untuk masyarakat mengerti dengan redenominasi ini.
Jika semua masyarakat Indonesia mempunyai pekerjaan yang layak dan redenominasi dapat segera dilaksanakan saya yakin Indonesia bias membayat tenaga kerja dari luar negri untuk bidang pekerjaan ringan di dalam negeri, baru Indonesia dapat dikatakan maju dalam perekonomian di dunia.


BAB II

I.3 Pembahasan
Inflasi di Indonesia berakar di sejarah. Tingkat inflasi di Malaysia dan Thailand senantiasa lebih rendah. Inflasi di Indonesia tinggi sekali di zaman Presiden Soekarno, karena kebijakan fiskal dan moneter sama sekali tidak prudent (“kalau perlu uang, cetak saja”). Di zaman Soeharto, pemerintah berusaha menekan inflasi - akan tetapi tidak bisa di bawah 10 persen setahun rata-rata, antara lain oleh karena Bank Indonesia masih punya misi ganda, antara lain sebagai agent of development, yang bisa mengucurkan kredit likuiditas tanpa batas. Baru di zaman reformasi, mulai di zaman Presiden Habibie maka fungsi Bank Indonesia mengutamakan penjagaan nilai rupiah. Tetapi karena sejarah dan karena inflationary expectations masyarakat (yang bertolak ke belakang, artinya bercermin kepada sejarah) maka “inflasi inti” masih lebih besar daripada 5 persen setahun.

Tanda-tanda perekonomian mulai mengalami penurunan adalah ditahun 1997 dimana pada masa itulah awal terjadinya krisis. Saat itu pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya berkisar pada level 4,7 persen, sangat rendah dibandingkan tahun sebelumnya yang 7,8 persen. Kondisi keamanan yang belum kondusif akan sangat memengaruhi iklim investasi di Indonesia. Mungkin hal itulah yang terus diperhatikan oleh pemerintah. Hal ini sangat berhubungan dengan aktivitas kegiatan ekonomi yang berdampak pada penerimaan negara serta pertumbuhan ekonominya. Adanya peningkatan pertumbuhan ekonomi yang diharapkan akan menjanjikan harapan bagi perbaikan kondisi ekonomi dimasa mendatang. Bagi Indonesia, dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi maka harapan meningkatnya pendapatan nasional (GNP), pendapatan persaingan kapita akan semakin meningkat, tingkat inflasi dapat ditekan, suku bunga akan berada pada tingkat wajar dan semakin bergairahnya modal bagi dalam negeri maupun luar negeri.
Namun semua itu bisa terwujud apabila kondisi keamanan dalam negeri benar-benar telah kondusif. Kebijakan pemerintah saat ini didalam pemberantasan terorisme, serta pemberantasan korupsi sangat turut membantu bagi pemulihan perekonomian. Pertumbuhan ekonomi yang merupakan salah satu indikator makro ekonomi menggambarkan kinerja perekonomian suatu negara akan menjadi prioritas utama bila ingin menunjukkan kepada pihak lain bahwa aktivitas ekonomi sedang berlangsung dengan baik pada negaranya.
Perekonomian Indonesia harus dapat mengikuti perkembangan ekonomi dunia dalam jangka panjang yang diharapkan tetap menunjukkan gambaran yang positif walaupun akhir-akhir ini penuh dinamika. Kondisi ini ditunjukkan oleh pertumbuhan ekonomi dunia yang tinggi, yang diikuti peningkatan volume perdagangan dunia dan aliran modal antar negara yang terus meningkat. Namun perkembangan positif tersebut dibayangi oleh harga komoditas dunia (migas maupun non migas) yang tetap tinggi dan pasar keuangan dunia yang belum stabil. Di sisi domestik, perekonomian Indonesia terus menunjukkan kemajuan, walaupun masih dibayangi oleh rendahnya respon sisi penawaran, peran investasi yang relatif rendah,dan kualitas pertumbuhan ekonomi yang belum baik yang tercermin dari tingginya angka pengangguran dan kemiskinan.

Gambaran tentang Perekonomian Dunia

Dalam lima tahun terakhir, ekonomi dunia telah mampu tumbuh diatas 4% per tahun, yang berarti lebih tinggi dari rata-rata historisnya (3,7% untuk kurun waktu 1970-2006). Perkembangan yang impresif ini terutama didorong oleh pesatnya pertumbuhan ekonomi di negara-negara berkembang serta kawasan Eropa (tertinggi dalam lima tahun terakhir). Pertumbuhan ekonomi yang pesat di negara-negara sedang berkembang, khususnya China, India dan Rusia, telah berhasil menutupi perlambatan ekonomi AS akibat dampak krisis pasar keuangan yang dipicu krisis kredit perumahan (subprime mortgage). Bahkan untuk pertama kalinya, China dan India saat ini telah menjadi kontributor utama pertumbuhan ekonomi dunia.
Perkembangan ekonomi dunia yang impresif ini juga diikuti dengan perdagangan dunia yang terus meningkat, dimana rata-rata pertumbuhan volume perdagangan dunia dalam tiga tahun terakhir mencapai 9,2%, lebih tinggi dari tren jangka panjangnya. Namun perkembangan ekonomi dunia yang impresif ini dibayangi oleh harga minyak yang terus meningkat.Secara fundamental kenaikan ini disebabkan oleh tingginya permintaan dunia dan terbatasnya pasokan Konsumsi minyak dunia yang terus meningkat, terutama dari emerging market seperti China –yang menyumbang lebih dari sepertiga pertumbuhan konsumsi minyak dunia- tidak diimbangi dengan pasokan yang memadai. Bahkan sejak 2003 spare kapasitas produksi minyak dunia cenderung berkurang.
Kondisi ini mengakibatkan harga minyak meningkat secara tajam sejak 2003, dan sempat menyentuh level tertingginya, USD100/ barel pada awal Januari 2008. Lebih lanjut, faktor non-fundamental, seperti kondisi geopolitik negara-negara penghasil minyak, kondisi cuaca dan faktor ekspektasi, juga turut berpengaruh terhadap pergerakan harga minyak. Harga komoditas primer non-migas juga menunjukkan tren yang terus meningkat. Sebelum 2000, pergerakan harga komoditas ini relatif stabil. Namun sejak 2003 harga komoditas primer naik signifikan, bahkan tumbuh sebesar 28% pada 2006.
Redenominasi merupakan penyederhanaan pecahan rupiah. Tujauan Redenominasi itu sendiri adalah untuk menyederhanakan pecahan uang agar lebih efisien dan nyaman dalam melakukan transaksi serta mempersiapkan kesetaraan ekonomi Indonesia dengan Negara regional. Sebenarnya redenominasi cocok dilaksanakan saat ini, karena kondisi inflasi ekonomi makro Indonesia agak stabil saat ini, namun tentu banyak kendala dan resiko yang harus siap dihadapi. Perlu wktu yang panjang untuk mensosialisasikannya kepada masyarakat Indonesia. Semoga saja semua dapat terwujud seperti apa yang kita harapkan saat ini.

I.4 Kesimpulan
Pemerintah seharusnya segera memikirkan ke depan untuk perekonomian Indonesia agar lebih baik dan dapat menjadi Negara maju. Masyarakat juga harus semakin berintelektual agar dapat ikut serta memajukan Negara Indonesia ini karena kekompakkan antara pemerintah dan masyarakat adalah hal yang penting untuk memajukan Negara kita ini.

1.5 Daftar pustaka
http://www.gaikindo.or.id/download/industry-policies/k-bank-indonesia/OEI-2008-2012.pdf
http://www.wikipedia.com